Petunjuk teknis pencegahan plagiat Sistem Karya Tulis Ilmiah Universitas Pendidikan Indonesia

Muhammad Nopran
0



PENDAHULUAN
Dalam  kehidupan  ummat  manusia,  tidak  ada  pengetahuan  yang  independen.  Apa  yang  kita
ketahui dan apa yang kita buat saat ini, sedikit banyak dipengaruhi oleh pengetahuan, pikiran
atau  pendapat  orang  lain  yang  dikonstruksi  di  masyarakat  secara  kolektif.  Hal yang  sama
terjadi dalam dunia akademik. Tidak ada teks atau karya ilmiah yang murni karya seseorang.
Setiap karya ilmiah apakah berupa laporan penelitian, buku, atau esei selalu dipengaruhi apa
yang pernah dipikirkan, dituliskan atau disampaikan orang lain.

Seorang yang cendekia senantiasa dituntut untuk menjunjung tinggi nilai-nilai ilmiah seperti
teliti,  cermat,  jujur,  serta  menghargai  pikiran,  pendapat,  jerih  payah  dan  pengorbanan  orang
lain. Dengan demikian, setiap pikiran, pendapat, atau gagasan orang lain yang mempengaruhi
atau  yang  digunakan  untuk  memperkuat  pendapat  kita,  harus  senantiasa  kita  berikan
penghargaan  dengan  menyebutkan  sumbernya  secara  tepat,  akurat  dan  memadai  sesuai
ketentuan  yang  berlaku.  Bila  hal  itu  tidak  bisa  dilakukan,  kita  akan termasuk  melakukan
tindakan pemalsuan, penipuan, pencontekan, atau bahkan perampokan pikiran, gagasan, atau
karya orang lain. Tindakan seperti itu dapat dikategorikan sebagai tindakan plagiat yang oleh
beberapa ahli hukum dapat dikategorikan sebagai tindakan pidana.

Dalam lingkungan akademik kita, tindakan plagiat masih masih dianggap sesuatu yang asing
baik  bagi  para  dosen  maupun  mahasiswa.  Mungkin  kita  sendiri  pernah  melakukan  tindakan
plagiat yang tidak kita sadari atau tidak kita anggap plagiat karena orang lain pun melakukan
hal  yang  sama  dan  tidak  ada  sangsi  sosial  maupun  sangsi  hukum  untuk  itu. Salah  satu  cara
untuk menghindari jebakan plagiat adalah dengan memahami apa  yang dimaksud plagiat itu
sendiri dan mengetahui bagaimana cara menghindarinya. Dari sudut pandang itulah petunjuk
teknis pencegahan plagiat ini disusun dan dihadirkan dihapan kita semua.

TUJUAN
Petunjuk teknis ini disusun dengan tujuan sebagai berikut:
1) Memberi wawasan dan informasi mengenai tindakan yang dapat dikategorikan plagiat.
2) Memberi petunjuk mengenai bagaimana upaya menghindari tindakan plagiat.
3) Mempermudah civitas akademika UPI dalam menyusun karya ilmiah.
4) Meningkatkan kualitas karya ilmiah yang dihasilkan mahasiswa dan dosen.

SASARAN
Petunjuk teknis ini diperuntukkan bagi:
1) Mahasiswa
2) Dosen
3) Masyarakat luas

DEFINISI PLAGIAT
Sebelum  kita  berbicara  lebih  jauh  mengenai  plagiat,  ada  baiknya  kita  kenali  terlebih  dahulu
apa  yang  dimaksud  dengan  plagiat  itu.  Dalam  literatur  ada  beragam  definisi  mengenai
plagiat,  namun  definisi  yang  diberikan  Permendiknas  No.  17  tahun  2010,  Pasal  1,  Ayat  1
tentag  pencegahan  plagiat,  cukup  representatif  untuk  dijadikan  pegangan.  Dalam
Permendiknas itu disebutkan bahwa yang dimaksud dengan plagiat adalah, “perbuatan secara
Universitas Pendidikan Indonesia

Petunjuk teknis pencegahan plagiat  Page 2

sengaja  atau  tidak  sengaja  dalam  memperoleh  atau  mencoba  memperoleh  kredit  atau  nilai
untuk suatu karya ilmiah, dengan mengutip sebagian atau seluruh karya dan/atau karya ilmiah
orang lain, tanpa menyatakan sumber secara tepat dan memadai” (Permendiknas No 17 tahun
2010, Pasal 1 Ayat 1).

JENIS-JENIS PLAGIAT
Jenis-jenis  plagiat  juga  diidentifikasi  secara  beragam.  Tiga  sumber  di  bawah  ini  cukup
representatif  untuk  mengenali  lebih  jauh  apa  itu  plagiat.  Laman  University  of  Arizona
(http://www.u.arizona.edu/~rlo/482/plagiarism.pdf)  mengidentifikasi ada  tiga  jenis  tindakan
plagiat, yaitu:
1) menggunakan  kata-kata  orang  lain  secara  persis  tanpa  membubuhkan  tanda  kutip  beserta
rujukannya.
2) menggunakan kata-kata orang lain, tetapi mengubah beberapa di antara kata-kata itu atau
menyusunnya kembali walaupun sumbernya disebutkan.
3) meringkas atau memarafrase kata-kata orang lain tanpa mencantumkan rujukannya.

Sementara  itu, Barnbaum  (n.d)  dari  Valdosta  State  University,  menggolongkan  plagiat
menjadi lima jenis, yaitu:
1) “Copy-paste”, dalam arti mengambil kalimat atau frase orang lain tanpa menggunakan
tanda kutip dan tanpa menyebutkan sumbernya.
2) “Word-switch”, mengambil kalimat  atau  frase  orang  lain  dengan  mengubah  struktur
kalimat atau kosakatanya.
3) “Style”, dalam arti mengikuti artikel sumber kata demi kata dan kalimat demi kalimat.
4) “Metafora”, dalam arti menggunakan metafora orang lain tanpa menyebutkan sumbernya.
5) “Gagasan”, dalam arti mengambil gagasan, pikiran atau pendapat orang lain tanpa
menyebutkan sumbernya.

Ireton (n.d) melihat tindakan plagiat dari sudut pandang berbeda. Sarjana itu menggolongkan
plagiat  menjadi;  1)  plagiat  kata-kata,  yaitu  menggunakan  kata-kata  orang  lain  sama  persis
tanpa  menyebutkan  sumbernya,  2)  plagiat  struktur,  yaitu  menggunakan kata-kata  orang  lain
dengan mengubah konstruksi kalimat, pilihan kata walaupun dengan memberikan rujukan, 3)
plagiat  gagasan,  yaitu  menyajikan  gagasan  orang  lain  dengan  bahasa  sendiri  tanpa
menyebutkan  sumbernya,  4)  plagiat  kepenulisan,  yaitu  mengumpulkan  replika  atau  tiruan
karya orang lain atau mengumpulkan artikel yang diperoleh dari Internet atau dari teman, dan
5) autoplagiat, yaitu menggunakan tugas yang sama untuk dua mata kuliah yang berbeda atau
mengambil  pikiran  sendiri  yang  telah  dikemukakan  dalam  naskah  yang  telah  diterbitkan
tanpa menyebutkan sumbernya.

ALASAN MELAKUKAN PLAGIAT
Ada banyak alasan kenapa tindakan plagiat terjadi. Dari berbagai pendapat itu, Insley (2011
p. 185) memberikan penjelasan yang lebih kongkrit. Menurut sarjana itu, plagiat kebanyakan
terjadi karena para pelaku
1)  tidak  mengetahui  apa  yang  dimaksud  dengan  kutipan  dan  parafrase  dan bagaimana
mengutip secara benar,
2) menunda tugas hingga detik-detik terakhir,
3)  menganggap bahwa  melakukan plagiat merupakan  cara  tercepat  untuk  menyelesaikan
tugas-tugasnya,
4) merasa yakin bahwa orang lain tidak akan mendeteksi apa yang dilakukannya.
Universitas Pendidikan Indonesia
5)  tidak  punya  cukup  waktu  untuk  mengerjakan  tugas karena  lemahnya  pengelolaan  waktu,
suka menunda-nunda pekerjaan, ingin sempurna (perfectionist) dan karena kondisi di luar
kontrol.
6) merasa tertekan untuk mendapatkan hasil yang baik dalam sebuah mata kuliah atau karir.
Tekanan  itu  dapat  muncul  karena  begitu  pentingnya  tugas  yang  diberikan,  tuntutan
keluarga,  keinginan  untuk  memperoleh  yang  terbaik  atau  persaingan  masuk  universitas
atau untuk mendapatkan beasiswa.
7) tidak  memiliki  keterampilan  yang  memadai  untuk  mengerjakan  tugas  yang  diberikan,
terutama  dalam  mencari  artikel  yang  relevan, mengevalausi  sumber-sumber  Internet,
memahami  istilah-istilah  teknis,  mengetahui  dan  menggunakan  format  dan  model
pengutipan  tertentu, melakukan  pencatatan  secara  baik,  atau  tugas  yang  diberikan  dosen
kurang jelas.
8)  tidak  memahami  perbedaan  antara  parafrase  dan  plagiat,  tidak  menguasai  teknik
pengutipan  secara  benar, tidak  memahami perbedaan  antara pengetahuan  umum,  ranah
publik  dan  hak  akan  kekayaan  intelektual, atau  tidak  mengetahui  bahwa    sumber-sumber
yang dapat diakses secara online bukan merupakan ranah publik atau pengetahuan umum.


TINDAKAN YANG TERMASUK PLAGIAT
Apa  saja  tindakan  yang  termasuk  plagiat  telah  banyak  dikemukakan  oleh  berbagai  pihak.
Dengan  memperhatikan  apa  yang  disampaikan dalam laman UCL Plagiarism:  Advice  to
Departments  and  Faculties,  University  College  London  dan  laman  Northen  Kentucky
University, Plagiarism  and  You,  Youngstown  State  University’s  website  “What  Is
Plagiarism,” sebagaimana  dikutip Stowers dan Hummel  (2011  p.  165),  pada  dasarnya
tindakan plagiat mencakupi, tapi tidak terbatas pada:
1)  mengacu  dan/atau  mengutip  istilah,  kata-kata  atau  kalimat,  data  dan/atau informasi  dari
suatu  sumber  tanpa  menyebutkan  sumber  dalam  catatan  kutipan  dan/atau  tanpa
menyatakan sumber secara memadai,
2)  mengacu  dan/atau  mengutip  secara  acak  istilah,  kata-kata  dan/atau  kalimat,  data
dan/informasi  dari  suatu  sumber  tanpa  menyebutkan  sumber  dalam  catatan  kutipan
dan/atau tanpa menyatakan sumber secara memadai,
3)  menggunakan  sumber  gagasan,  pendapat,  pandangan,  atau  teori  pihak  lain  tanpa
menyatakan sumber acuan secara memadai,
4)  merumuskan  dengan  kata-kata  dan/atau  kalimat  sendiri  kata-kata  dan/atau  kalimat,
gagasan,  pendapat,  pandangan,  atau  teori orang  lain tanpa  menyatakan  sumbernya  secara
memadai,
5)  menyerahkan  sebuah  karya  ilmiah  yang  dihasilkan  dan/atau  telah  dipublikasikan  oleh
pihak lain sebagai karya ilmiahnya tanpa menyatakan sumbernya secara memadai.
6) tidak memberikan sumber kutipan pada tanda kutip,
7)  mengubah  kata-kata namun  menyalin  struktur  kalimat  dari  sebuah  sumber  tanpa
menyebutkan rujukannya,
8)  menyalin secara  berlebihan kata  atau  gagasan  dari  sebuah  sumber  yang  membangun
sebagian besar sebuah karya walau menyebutkan rujukannya,
9) memarafrase sebuah sumber tanpa menyebutkan rujukannya secara benar,
10)  mengumpulkan  tugas  yang  nampak  seperti  diparafrase  (dan berisi referensi)  tetapi
sebenarnya merupakan contekan langsung dari sumber aslinya,
11) penyalinan kalimat, frase, atau paragraf persis seperti sumber aslinya, penyalinan kalimat
dan  menyusunnya  kembali  dalam  urutan  yang  berbeda, penyalinan  kalimat  dan
menggantikan  beberapa  kata  dengan  sinonimnya,  serta  penyalinan  kalimat  dan
menambahkan beberapa kata baru bila tanpa menyebutkan rujukan termasuk plagiat
Universitas Pendidikan Indonesia .
12)  membeli,  meminjam, atau  menggunakan  makalah,  artikel,  skripsi,  tesis,  dan  disertasi
karya orang lain atas nama sendiri,
13) meminta orang lain  untuk mengerjakan  esei, makalah, skripsi, tesis, disertasi atau karya
lainnya termasuk pengerjaan statistik
14)  menggunakan  satu  atau  lebih  karya  orang  lain  dengan  cara  mengambil  sebagian  besar
teks  hanya  dengan  mengaitkannya  satu  sama  lain dengan hanya membubuhkan sedikit
kata-kata sendiri,
15)  menggunakan  sebuah  tugas yang  sudah  diserahkan  dan  dinilai  oleh  dosen untuk  tugas
mata kuliah yang lain, dan
16)  menggunakan  kritikan  atau  pendapat  orang  lain  dan  menganggapnya  sebagai  pendapat
atau kritikan sendiri.


TEKNIK MENDETEKSI PLAGIAT
Bagi dosen,  keterampilan  menentukan  apakah  sebuah  makalah  termsuk  plagiat  atau  tidak
sangat  dibutuhkan  agar  makalah  yang  dinilai  benar-benar  asli  karya  mahasiswa.  Sebagai
bahan  pegangan,  di  bawah  ini  merupakan  teknik  mendeteksi  plagiat  pada  makalah  atau
artikel yang disampaikan mahasiswa sebagaimana disarikan dari UCL Plagiarism: Advice to
Departments and Faculties, University College London.
1) Ada  perbedaan  internal  dalam  isi  teks,  seperti  dalam  gaya penulisan,  ejaan,  tanda  baca,
penggunaan  font,  huruf  besar,  cetak  miring,  bahasa,  tata  bahasa  dan  konstruksi
kalimatnya.  Misalnya,  ada  bagian  yang  sangat  bagus,  tetapi  ada  pula  bagian  yang  sangat
payah.
2)  Tugas  yang  diserahkan  kualitasnya  lebih  baik  atau  bentuknya  berbeda  (misalnya  ujaran
bahasanya) dengan apa  yang biasanya mahasiswa  yang bersangkutan hasilkan. Misalnya,
sehari-hari  mahasiswa  ini  menulisnya  seperti  ini,  kemampuannya  begini,  tapi  kok
tugasnya sangat berbeda dengan biasanya.
3)  Terdapat  ketidakkonsistenan  internal  dalam  hal  perujukan  apakah  diteks  utama,  pustaka
acuan atau keduanya. Misalnya, yang satu pakai APA, lainnya pakai MLA.
4) Adanya penghilangan sumber tertentu yang mestinya harus muncul. Mestinya ada gambar
atau tabel, tetapi tabel dan gambarnya tidak ada atau ada kalimat yang belum selesai.
5) Ada  pernyataan yang tidak didukung oleh bagian teks lainnya, misalnya, “seperti kita
dapat amati dalam tabel di bawah ini” sementara tabelnya sendiri tidak ada.
6) Tugas  yang  disampaikan  tidak  sesuai  dengan  apa  yang  ditugaskan,  kualitasnya  lebih
rendah atau  lebih  bagus  dari  yang  diminta.  Misalnya,  tugas  yang  diperintahkan  dalam
bidang evaluasi, tetapi ia mengumpulkan dalam bidang sastra.
7)  Perujukan  yang  tidak  memadai  atau  tak  sejalan  dengan  rincian  yang  muncul  di  dalam
naskah.


PENCEGAHAN PLAGIAT
Untuk  menghindari  tindakan  plagiat,  beberapa  hal  yang  harus  diperhatikan baik  oleh
mahasiswa atau dosen seperti dikemukakan Roig (2003, 2006) di bawah ini.
1) Ketika diberi  tugas  kelompok, pastikan kita mengenali  kerja  sama  dalam  hal  apa  yang
boleh dan tidak boleh dilakukan dan apa yang diharapkan dapat disumbangkan atas tugas
tersebut.
2) Jika  tugas  yang  diberikan belum  jelas,  segera  klarifikasi  harapan  serta  persyaratan  atas
tugas yang diberikan kepada dosen terkait.
Universitas Pendidikan Indonesia

Petunjuk teknis pencegahan plagiat  Page 5

3) Jika ada informasi  tambahan mengenai  tugas di  laman  web, pengumuman,  SMS  atau
facebook, segera cek agar pemahaman menjadi lebih baik.
4) Perhatikan  dengan baik  ketika  dosen  memberi  penjelasan  mengenai  plagiat  dan
konsekuensinya sehingga dapat diketahui definisi plagiat beserta rinciannya.
5) Ikuti  penjelasan  pustakawan  mengenai  bahan  pustaka  yang  tersedia  dan  bagaimana
memanfaatkannya.
6) Pelajari  secara  rinci model atau  format  penulisan  yang  dikehendaki  secara  benar,  juga
perbedaan  antara plagiat dan  parafrase,  pengetahuan  umum,  ranah  publik  dan  hak  akan
kekayaan intelektual sehingga tidak terjebak melakukan plagiat.
7) Perhatikan  dan  sadari  bahwa  bila  informasi  bibliografi  hilang  dari  sumber-sumber
elektronik,  upaya  yang  harus  dilakukan  untuk  mengidentifikasinya  membutuhkan  upaya
yang lebih keras. Upayakan agar setiap mengutip, referensinya juga langsung dituliskan.
8) Upayakan agar tugas yang besar dipecah-pecah ke dalam tugas yang lebih kecil. Misalnya,
jika ada tugas  yang harus diselesaikan akhir semester, mulailah digarap di awal semester
dengan  mengumpulkan  kajian  pustaka  dan  data  serta  melakukan  analisis  dan
melaporkannya secara terjadwal.
9) Ketika  mengumpulkan  bahan pustaka,  buatlah  catatan  yang  rinci  dan cermat.  Jangan
menggarisbawahi  atau  mewarnai  bagian-bagian  yang  dianggap  penting.  Gunakan  kartu
berukuran  3  x  5 inci (3  R)  untuk  menuliskan  kata-kata  yang  asli  dari  sumber  yang
digunakan. Berikan tanda kutip di sekitar bahan itu dan catat halamannya, walaupun hanya
1 atau 2 kata yang di kutip.
10) Ketika  memarafrase  sebuah  gagasan,  pastikan  keseluruhan  gagasan  itu  dinyatakan
kembali dalam kata-kata sendiri.
11) Jika informasi yang diperoleh merupakan parafrase, beri tanda P pada kartu tersebut.
12) Jika menuliskan gagasan sendiri, berikan catatan GS atau gagasan sendiri pada kartu.
13) Ketika menggunakan catatan dalam kartu, catat semua informasi bibliografi dari sumber
yang digunakan secara lengkap.
14) Ketika  menulis  draf  pertama  tulisan,  berikan perujukan secara  benar  akan  pikiran  dan
kata-kata yang bukan milik kita sendiri dalam teks yang kita tulis.
15) Berikan pula informasi bibliografi yang lengkap baik dalam karya-karya yang dikutip di
dalam teks maupun pustaka acuan untuk setiap karya yang dikutip.
16) Ketika  menulis  makalah,  kendalikan cara  kita  menyajikan  dan  mengembangkan  topik
dengan  hanya  menggunakan  informasi  dalam  sumber  rujukan  untuk  mendukung  gagasan
kita dan jangan membiarkan sumber rujukan mengarahkan argumen kita.
17) Lakukan parafrase sebanyak mungkin dengan menggunakan gaya penulisan yang benar.
18) Ketika  melakukan  parafrase,  ungkapkan  kembali  semua  kata-kata  dan  pikiran  sumber
menggunakan  kata-kata  dan  kalimat  sendiri  secara  keseluruhan. Caranya,  baca  teks
berkali-kali, renungkan dan pikirkan, tutup bukunya, baru tuliskan parafrasenya.
19) Lakukan perujukan atas sumber-sumber yang digunakan, kata-kata, struktur kalimat, dan
pola pengorganisasian menggunakan model dan format yang benar.
20) Gunakan kata-kata asli dari sumber yang dirujuk hanya ketika kata-kata dari sumber itu
dapat menambah bobot dari apa yang akan disampaikan atau ketika benar-benar kata yang
digunakan itu diperlukan dan efektif.
Universitas Pendidikan Indonesia

Petunjuk teknis pencegahan plagiat  Page 6

21) Ketika mengutip kalimat, berikan tanda kutip untuk setiap kata-kata atau kalimat asli dan
gunakan tatacara pengutipan yang benar.
22) Sebelum  menyerahkan  tugas,  lakukan  pengecekan  atas  kutipan  kita  dengan  sumber
aslinya.
23) Pastikan bahwa kita telah melakukan parafrase secara benar, telah menulis kutipan untuk
semua sumber yang digunakan, pola pengorganisasian, gagasan dan kata-kata orang lain.
24) Lakukan pengecekan atas penyusunan kutipan dan pustaka acuan agar kedunya sinkron.
25) Selalu  menuliskan  sumber  rujukan  atas  setiap  kontribusi,  pendapat,  gagasan  atau
pemikiran orang lain.
26) Setiap teks yang disalin apa adanya harus dituliskan dalam tanda kutip.
27) Selalu  menuliskan  sumber  rujukan  atas  setiap  sumber  yang digunakan, baik  berupa
parafrase, ringkasan atau kutipan langsung.
28) Ketika  meringkas, bahan  yang  substansial  dipadatkan  menggunakan  bahasa  sendiri
dalam bentuk paragraf pendek atau kalimat.
29) Ketika meringkas atau memarafrase, sumber informasi harus tetap diidentifikasi.
30) Ketika  memarafrase  dan/atau  meringkas,  makna  yang  sama  dengan  fakta  atau  gagasan
penulis harus dihasilkan menggunakan kata-kata atau kalimat sendiri.
31) Agar  menghasilkan  perubahan  yang  substansial  dari  teks  asli dengan menggunakan
parafrase  yang  benar, pemahaman  yang  memadai  atas  gagasan  dan  peristilahan  yang
digunakan harus dimiliki.
32) Seorang  penulis  memiliki  tanggung  jawab  etis  atas  pembacanya  dan  atas  penulis  lain
yang  gagasannya  dipinjam,  menghormati  gagasan  dan  kata-kata  orang  lain  dengan
menuliskan rujukannya, serta menggunakan kata-kata sendiri saat melakukan parafrase.
33) Jika  ragu  apakah  sebuah  konsep  atau  fakta  merupakan  pengetahuan  umum  atau  bukan,
rujukan harus dicantumkan.
34) Penulis  yang  mengirimkan  naskah  yang  berisi  data,  pembahasan,  kesimpulan,  dll. yang
telah  disebarluaskan  sebelumnya  (misalnya:  diterbitkan  dalam  artikel  sebuah  jurnal,
disajikan  di  dalam  konferensi,  diunggah  di laman  web),  harus  secara  jelas  menunjukkan
kepada editor dan pembaca bentuk penyebarluasan yang telah dilakukan.
35) Jika  meneliti  sejumlah  variabel  yang  kompleks  dan  dianggap  sebagai  satu  kesatuan,
seorang peneliti harus memublikasikan hasil penelitiannya ke dalam satu artikel saja. Jika
akan diterbitkan ke dalam lebih dari satu artikel, penulis harus mengemukakan tulisan lain
(baik  yang  dipublikasikan  atau  tidak)  yang  mungkin  merupakan  bagian  dari  artikel  yang
sedang siapkan.
36) Karena  beberapa tindakan  plagiat,  otoplagiat,  dan  beberapa  praktik  penulisan  yang
mungkin dapat diterima  (misalnya, melakukan parafrase atau menuliskan  kata-kata kunci
dalam  jumlah  yang  cukup  besar  dari  sebuah  buku)  dapat  melanggar  hak  cipta,  penulis
sangat disarankan untuk mengenali dasar-dasar undang-undang hak cipta.
37) Penulis  harus  menghindari  upaya  menggunakan  kembali  tulisan  sendiri  yang  telah
diterbitkan sebelumnya kecuali disertai pencantuman rujukan dan parafrase.
38) Pastikan  pula  bahwa  tidak  ada  kesalahan  elemen  kutipan  seperti  nama penulis,  volume
dan  nomor  jurnal,  halaman,  tahun dan elemen lainnya.  Selain  itu,  harus  dipastikan pula
agar  perujukan  diberikan  kepada  penulis  yang  pertama  menyajikan  persoalan  yang
dibicarakan.
Universitas Pendidikan Indonesia

Petunjuk teknis pencegahan plagiat  Page 7

39) Referensi  yang  disajikan  harus  benar-benar  relevan  dengan  materi  yang  dibahas.  Tidak
dibenarkan mencantumkan  rujukan  hanya  untuk  memanipulasi impact  factor dari  sebuah
artikel.
40) Penulis senantiasa berusaha  memperoleh  bahan  rujukan  yang  telah  dipublikasikan.  Jika
tak  tersedia,  penulis  harus  mengutip  versi  rinci  dari  artikel  itu,  apakah  berbentuk
presentasi konferensi, abstrak atau naskah yang tidak dipublikasikan.
41) Ketika  mendeskripsikan  karya  orang  lain,  jangan  mengandalkan  ringkasan  sekunder
karena  merupakan  praktik  penipuan,  merefleksikan  standar akademik yang  rendah  serta
dapat menimbulkan kesalahan dalam mendeskripsikan karya yang dimaksud.
42) Ketika  mengutip  begitu  banyak  dari  sebuah  sumber,  penulis  harus membuat  jelas mana
gagasan sendiri dan mana gagasan  atau  pikiran  orang  lain  seperti  dengan  batas  penanda
halaman atau menggunakan kata ibid, op cit dan loc cit.
43) Penulis  berkewajiban  menyampaikan  bukti-bukti  atau  pendapat  yang  bertentangan
dengan  pandangannya. Gagasan  atau  pendapat  yang  digunakan  untuk  mendukung
pendapat penulis secara  metodologis  harus  benar.  Bila ada  kajian atau  data pendukung
yang  memiliki  keterbatasan  metodologi,  statistik,  atau  lainnya,  kekurangan  itu  harus
dikemukakan kepada pembaca.
44) Penulis berkewajiban melaporkan  semua  aspek  yang  berkaitan  dengan  penelitian  yang
dapat mempengaruhi replikasi ulang kajian tersebut.
45) Peneliti  memiliki  kewajiban  etis  untuk  melaporkan  hasil  penelitiannya  berdasarkan
rencana  yang  telah  ditetapkan.  Setiap  manipulasi setelah  penelitian  dilakukan  yang  dapat
mengubah  hasil  yang  diperoleh  sebelumnya,  seperti  penghilangan  outliers  atau
pengubahan analisis statistik harus digambarkan secara jelas disertai dengan alasannya
46) Penentuan  kepenulisan  harus  dibicarakan  sebelum  penelitian bersama dilakukan  dan
harus berdasarkan pedoman yang ditetapkan. Pencantuman nama dosen pada artikel yang
berasal  dari  skripsi,  thesis  atau  disertasi  mahasiswa,  biasanya  bukan  sebagai  penulis
pertma.
47) Hanya pihak yang telah memberikan kontribusi signifikan atas penelitian yang namanya
berhak dicantumkan sebagai penulis.
48) Penulis harus menyadari kemungkinan adanya konflik kepentingan dalam penelitiannya
dan  harus  berusaha  mengemukakan  kondisi  yang  dapat  menimbulkan  atau  berpotensi
untuk menimbulkan adanya konflik kepentingan.

TEKNIK  PENGUTIPAN  DAN  PERUJUKAN  BERDASARKAN  MODEL  APA
(AMERICAN PSYCHOLOGICAL ASSOCIATION)
Sebagaimana  dibahas  di  atas,  tindakan  pencegahan  plagiat  salah  satunya  dapat  dicegah
melalui penulisan rujukan yang cermat dan memadai. Perujukan adalah cara terstandar untuk
mengakui  sumber  informasi  dan  gagasan  atau  pikiran  yang  telah  digunakan  dalam  sebuah
karya  tulis  yang  memungkinkan  sumber  itu  teridentifikasi. Perujukan  dipandang  penting
untuk  menghindari  plagiat,  untuk  mengecek  ulang  kutipan  dan  untuk  memungkinkan
pembaca  menindaklanjuti  apa  yang  telah  ditulis  dan  lebih  memahami  karya  yang  telah
dikutip  penulis. Oleh  karena  itu,  pengetahuan  dan  keterampilan  yang  berkaitan  dengan
pengutipan  dan  perujukan  sangat  penting  bagi  mahasiswa  dan  dosen.  Di  bawah  ini  akan
diuraikan  teknik  penulisan  rujukan  menggunakan  model  APA  (American  Pyschological
Association) yang diadaptasi dari laman Perpustakaan University of Queensland Australia.
Universitas Pendidikan Indonesia


Download Lengkap disini
Tags

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)